Laporan praktikum derajat kerut tanah dasar ilmu tanah

Posted by Unknown Minggu, 09 Juni 2013 0 komentar
Pada postingan kali ini saya akan memberikan contoh laporan praktikum derajat kerut tanah dasar ilmu tanah. Namun perlu di catat bahwa postingan kali ini tidak bermaksud untuk memberikan fasilitas atau kemudahan bagi kawan kawan semua, namun hanya sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pertanian khususnya program studi agroteknologi. Dalam postingan ini, di harapkan kawan kawan semua tidak serta merta mengcopy paste laporan praktikum menyerbuk silang ini, namun dapat memilah milah informasi mana yang di perlukan dan mana yang tidak, serta menjadikan contoh  laporan praktikum menyerbuk silang ini bukan sebagai bentuk plagiarisme kawan kawan namun sebagai referensi dan litelatur bagi kawan kawan semua. Copy paste hukumnya haram.
Silahkan di simak.




I.    PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertimbuhan tanaman. Bila kota-kota besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna mendukung jalan-jalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak lagi mendukung fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan. Konsep tanah  sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit(Foth, 1988).
Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi(Hakim, 1986).
Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk horizon-horizon mineral maupun organic yang kedalamannya beragam dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun dirubah menjadi persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Secara fisik tanah  mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah sedangkan semakin berat tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic dalam tanah tersebut.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat  hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis, kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah serta pengetahuan tentang profil  tanah merupakan suatu cara untuk mendapatkan tanah yang cocok untuk   budidaya komoditi pertanian. Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor utama dalam budidaya pertanian.

B.            B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.




I.                   METODE KERJA

A.                A. Alat dan Bahan
a.       Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol semprot, cawan porselin, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih..
b.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah halus ( <0,5 mm) dan air.

B.                 B. Prosedur Kerja
1.     Tanah halus diambil secukupnya, dimasukan kedalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen.
2.     Pasta tanah yang sudah homogeny tadi dimasukan kedalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka soron (diameter awal).
3.     Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).



I.                   HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

        A. Hasil Pengamatan
No.
Jenis tanah

Pengamatan ke:
1
2
3
4
5
6
1.
Vertisol
Ø1
36,10
35,8
34,6
33,7
32,2
31,1
Ø2
36,4
35,6
34,7
33,5
31,7
30,6
X
36,2
35,7
34,65
33,6
31,95
30,85
2.
Ultisol
Ø1
51,3
50,9
50,5
50,1
49,7
49,7
Ø2
35,3
34,8
34,3
34,1
33,7
33,7
X
43,3
42,85
42,4
42,1
41,7
41,7
3.
Entisol
Ø1
45,4
42,7
42,2
42,2
-
-
Ø2
34,7
34,3
34,2
34,2
-
-
X
40,05
38,5
38,2
38,2
-
-
4.
Andisol
Ø1
44,4
43,55
43,51
43,51
-
-
Ø2
34,2
30,75
30,72
30,72
-
-
X
39,9
37,15
37,13
37,13
-
-
5.
Inceptisol
Ø1
 59,6
58,6
58,1
58,1
-
-
Ø2
37,1
36,9
36,1
36,1
-
-
X
48,3
47,75
47,1
47,1
-
-

Perhitungan:
Rumus:
                        Derajat kerut tanah = Diameter awala-diameter akhir X 100 %
                                                                        Diameter awal



1.     Vertisol:

-        DKT horizontal =  36,0 – 31,1  X 100%
                                          36,0
                       = 13,61%

-        DKT vertical     = 36,4 – 30,6  X 100%
                                          36,4
                       = 15,93%
-        DKT rata-rata   = 36,2 – 30,8  X 100%
                                    36,2
                       = 14,77%
2.     Ultisol:

-        DKT horizontal = 51.3-49.7   X 100%
                                    51.3
                        = 3.11%

-        DKT vertical     = 35.3-33.7X 100%
                    35.3    
                        = 4.53%

-        DKT rata-rata   =  43.3-41.7 X 100%
                                43.3     
                       = 3.69%
3.     Entisol:

-        DKT horizontal =  45.4-42.2X 100%
                                    42.2  
                        = 7.58%

-        DKT vertical     = 34.7-34.2X 100%
                                       34.7
                        = 1.44%
-        DKT rata-rata   = 40.05-38.2X 100%
                                  40.05    
                       = 4.61%
4.     Andisol:

-        DKT horizontal =   44.4-43.51X 100%
                                      44.4
                        = 2%


-        DKT vertical     = 34.2-30.72  X 100%
                                       34.2   
                       = 10.17%
-        DKT rata-rata   =  39.9-37.13X 100%
                                       39.9
                       = 6.94%

5.     Inseptisol:

-        DKT horizontal =   59.6-58.1X 100%
                                       59.6
                          = 2.51%

-        DKT vertical     = 37.1-36.1X 100%
                                          37.1
                       = 2.69%
-        DKT rata-rata   = 48.3-47.1  X 100%
                                    48.3     
                       =2.48 %
 


A.                Pembahasan
            Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah , baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organic (Hakim, 1986).
            Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organic, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat yang berbeda-beda, antara lain:
Contoh fraksi fraksi tanah dalam ilmu kesuburan tanah dan dasar ilmu tanah sebagai berikut :
1.  Pasir (0,05 mm-2,00 mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat sehingga tanah pasiran beraerasi baik dan drainasenya baik.
2.     Debu (0,002 mm-0,05 mm), sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3.     Liat (<0,002 mm), berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
 Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
 Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
 Tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin berat tanahnya (liat tinggi), semakin besar derajat kerutnya. Di samping itu pengaruh kandungan bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka tanah tersebut akan memepunyai derajat kerut yang kecil.
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah menjadi 3 kategori. Yang  berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
     Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara batas-batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
      Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar, mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang terkait erat dengan keabrasifanya (Poerwowidodo, 1991).
            Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan perangai fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
      Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2 mikron, merupakan pisahan koloid.
        Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron. Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1 mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan lain (Poerwowidodo, 1991).
        Berbagai macam ukuran,tekstur dan struktur tanah secara fisik yang telah disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah. Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
     Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Soegiman, 1982).
      Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh data derajat kerut untuk tanah andisol yaitu :6,.94%; tanah entisol: 1.44% ; inceptisol : 2.48%; ultisol : 3.69% dan vertisol: 14,77%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol.
      Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah vertisol. Tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang mengembang tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode kering.
   Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua adalah tanah entisol, tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir.
            Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan ketiga adalah ultisol, yg terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan berkembang dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah ini juga mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah dari 35 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.
            Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat adalah inceptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman, 1982).
            Produktivitas alami Inseptisol sangat bervariasi, ada yang sangat subur dan ada juga yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan pada tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran banjir
            Dari praktikum diketahui bahwa derajat kerut dari Entisol adalah 1.44%, Dan entisol merupakan tanah yang mempunyai derajat kerut paling kecil. Entisol terdapat di wilayah datar, bergelombang, berbukit sampai bergunung. Bahan induknya adalah abu atau tuf volkan proses pembentuk tanah adalah alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah warna tanahnya adalah hitam, kelabu sampai coklat tua.tekstur lemah lapisan bawah agak gumpal dengan konsistesi gembur. Pada praktikum derajat kerut tanah Entisol ini mempunyai derajat kerut paling kecil yaitu 1.44 % hal ini berkaitan dengan kandungan bahan organic tanah. semakin tinggi bahan organic tanah, maka tanah tersebut akan mempunyai derajat kerut yang kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.                  Kesimpulan
1.     Sifat-sifat tanah dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2.     Kandungan liat yang besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
3.     Urutan derajat kerut tanah dari yang paling tinggi ke rendah yaitu vertisol entisol, ultisol, inseptisol, dan andisol.
4.     Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan bahan organiknya semakin tingg
2.                  Saran
            Diharapkan kepada seluruh praktikan untuk serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan terhadap acara praktikum derajat kerut tanah agar data yang di hasilkan valid dan sesuai



DAFTAR PUSTAKA

Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.

Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. UNILA, Lampung.

Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw- Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.

Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah . Bhratara Karya Aksara. Jakarta.






TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA KAWAN
Judul: Laporan praktikum derajat kerut tanah dasar ilmu tanah
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga tulisan ini bermanfaat kawan. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://azizyoungfarmer.blogspot.com/2013/06/laporan-praktikum-derajat-kerut-tanah.html. Terima kasih sudah singgah dan membaca tulisan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Visited

Copyright © 2013 Aziz young farmer ( Muhammad Aziz Muslim ) Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsoed. Diberdayakan oleh Blogger.