Jenis jenis pola tanam polikultur

Posted by Unknown Selasa, 28 Mei 2013 0 komentar
   Pada postingan sebelumnya telah saya posting tentang jenis jenis pola tanam yang ada dalam usaha budidaya tanaman pertanian. Pada postingan kali ini akan saya akan mencoba  menjelaskan tentang jenis jenis pola tanam polikukultur serta pembagianya. Dalam pembagian jenis jenis pola tanam polikultur antara satu jenis pola tanam dengan pola tanam yang lainya terdapat kelebihan dan kekurangan antar masing masing pola tanam. Okeh, silahkan di simak tentang masing masing pembagian pola tanam polikultur :
Dalam hal ini, jenis pola tanam polikultur di bagi kedalam beberapa jenis. Jenis jenis pola tanam polikultur terbagi menjadi  ke dalam beberapa pola tanam, di antaranya sebagai berikut :

a.    Tumpang sari (Intercropping)
Pengertian Tumpangsari adalah pola penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari sistem tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen dan menekan pertumbuhan gulma
Keuntungan tumpang sari adalah sebagai berikut:
·   Dapat mencegah dan mengurangi pengangguran musim
·   Mampu memperbaiki keseimbangan gizi masyarakat petani
·   Adanya pengolahan tanah yang minimal sehingga tidak banyak membuang tenaga, waktu dan fikiran
·   Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah
·   Mampu mengurangi erosi dan jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi.

   Dalam budidaya pertanian, salah satu jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman sela pada tanaman jagung adalah tanaman kedelai. Tanaman jagung dan kedelai memungkinkan untuk ditumpangsari karena tanaman jagung menghendaki nitrogen tinggi, sementara kedelai dapat memfiksasi nitrogen dari udara bebas akibat adanya bintil akar pada kedelai yang di sebabkan oleh bakteri rhizobium ( bakteri pengikat N ), sehingga kekurangan nitrogen pada jagung terpenuhi oleh kelebihan nitrogen pada tanaman kedelai.

            Tanaman Jagung dan kedelai yang ditanam secara tumpang sari akan terjadi kompetisi dalam memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Sehingga pengaturan sistem tanam dan pemberian pupuk sangat penting untuk mengurangi terjadinya kompetisi tersebut.

b.    Tumpang gilir ( Multiple Cropping ), pola tanam ini dapat dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum.
Faktor-faktor tersebut adalah :
·      Pengolahan yang bisa dilakukan dengan menghemat tenaga kerja, biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah dapat dihindari
·      Hasil panen secara beruntun dapat memperlancar penggunaan modal dan meningkatkan produktivitas lahan
·      Dapat mencegah serangan hama dan penyakit yang meluas
·      Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi
·      Kondisi lahan yang selalu tertutup tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi
·      Sisa komoditi tanaman yang diusahakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau
Sebagai contoh adalah tanaman  jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c.     Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ),
Pengertian tanaman bersisipan ( Relay Cropping ) adalah pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Pada umumnya tipe ini dikembangkan untuk mengintensifikasikan lahan. Dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan sesuatu produk pangan semakin tergali. Oleh karena itu pengelola dituntut untuk semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan agar waktu dan nilai ekonomisnya dapat membantu dalam usaha meningkatkan pendapatan. Sebagai contoh adalah tanaman jagung yang disisipkan di antara tanaman kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d.      Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ),
Pengertian pola tanam tanaman campuran ( Mixed Cropping ) adalah pola tanam atau  penanaman yang terdiri  dari beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Sebagai contoh adalah tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.
e.       Tanaman bergiliran ( Sequential Planting)
Pengertian tanaman bergiliran ( Sequintial Planting ) adalah pola tanam atau penanaman dengan dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan secara bergiliran. Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.
Pengertian Tumpangsari, serta perbedaan tumpangsari dengan monokultur
TUMPANGSARI
Pengertian dan definisi tumpang sari dalam sistem usaha budidaya tanaman pertanian adalah sebagai berikut :
Dalam bahasa Indonesia, Pengertian tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menanam dua atau lebih jenis tanaman yang lain family secara serempak. Atau pengertian yang lainya tentang pola tanam Tumpang sari adalah salah satu cara pola tanam yang melakukan penanaman lebih dari satu tanaman, baik dalam arti umur sama ataupun umur tanaman berbeda
Sedangkan dalam bahasa inggris, Pendefinisian pola tanam tumpang sari adalah sebagai berikut :

a.Intercropping
is the practice of growing two or more crops in close proximity. ( Tumpangsari adalah praktek menumbuhkan dua atau lebih tanaman jarak dekat ).
b.Intercropping is an agricultural practice in which two or more crops are grown together in the same field. ( Tumpangsari merupakan praktek pertanian di mana dua atau lebih tanaman yang tumbuh bersama dalam bidang yang sama ).
c. Intercropping is defined as the growth of two or more crops in proximity in the same field during a growing season to promote interaction between them. ( Tumpang sari dapat didefinisikan sebagai pertumbuhan dua atau lebih tanaman di dekat  dan bidang yang sama selama musm tanam untuk meningkatkan interaksi di antara mereka ).

Perbedaan Tumpang Sari dan Monokultur
Setelah di uraikan lebih dalam dan mendetail tentang berbagai jenis pola tanam dalam budidaya pertanian, perlu di ketahui bahwa pola tanam monokultur dan polikultur masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pola tanam monokultur dan polikultur akan di sajikan dalam tabel seperti di bawah ini :

Tumpang sari
Monokultur
-          Akan terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun penyerapan sinar matahari),
-          Populasi tanaman (berbeda) dapat di atur sesuai yang dikehendaki
-          Dalam satu areal diproduksi lebih dari satu komonitas
-          Tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang diusahakan gagal
-          Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.
-          Tidak terjadi peningkatan efisiensi

-          Tidak dapat mengatur populasi, karena hanya terdapat satu jenis
-          Hanya memproduksi satu komonitas
-          Tidak ada peluang bila satu jenis tanaman yang diusahakan gagal

-          Kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah.




Baca Selengkapnya ....

Laporan Praktikum Korelasi Dasar Pemuliaan tanaman

Posted by Unknown Selasa, 21 Mei 2013 0 komentar

Pada postingan kali ini saya akan memberikan contoh laporan praktikum Korelasi antar sifat dalam pemuliaan tanaman dasar pemuliaan tanamanSebelumnya sudah saya posting tentang contoh laporan praktikum Kemajuan seleksi guna di jadikan sumber referensi bagi kawan kawan. Namun perlu di catat bahwa postingan kali ini tidak bermaksud untuk memberikan fasilitas atau kemudahan bagi kawan kawan semua, namun hanya sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pertanian khususnya program studi agroteknologi. Dalam postingan ini, di harapkan kawan kawan semua tidak serta merta mengcopy paste laporan praktikum kemajuan seleksi ini, namun dapat memilah milah informasi mana yang di perlukan dan mana yang tidak, serta menjadikan contoh  laporan praktikum menyerbuk silang ini bukan sebagai bentuk plagiarisme kawan kawan namun sebagai referensi dan litelatur bagi kawan kawan semua. Copy paste hukumnya haram.
Silahkan di simak.I.    

I.                   PENDAHULUAN
     A.   Latar Belakang
Dalam kegiatan seleksi, Hubungan korelasi antar karakter tanaman memiliki arti yang sangat penting. Untuk mengestimasi suatu karakter tertentu dapat digunakan penduga yang juga merupakan suatu karakter yang lain yang relatif mudah diamati. Seleksi akan efektif  bila terdapat hubungan erat antar karakter penduga dengan karakter yang dituju dalam satu program seleksi. Dalam praktiknya biasanya digunakan karakter morfologis.
Koefisien korelasi digolongkan menjadi dua macam yaitu koefisien korelasi negatif dan koefisien korelasi positif. Koefisien korelasi negatif bila derajat hubungan antara dua sifat menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Koefisien korelatif positif bila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang nyata, artinya bertambahnya nilai sifat satu diikuti oleh bertambahnya nilai sifat yang lain. Sebaliknya, berkurangnya nilai sifat yang satu akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut. Khusus sifat-sifat kualitatif pada koefisien korelatif = 1. Misal pada kedelai, apabila hipokotil ungu, maka warna bunga akan ungu. Sedangkan bila hipokotil hijau sebaliknya, maka bunganya akan berwarna putih.
Korelasi yang sempurna jarang terjadi pada sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tersebut. Contohnya, hubungan antar tinggi tanaman dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi belum tentu bobotnya akan tinggi, sebaliknya yang pendek belum tentu bobotnya akan rendah.
Koefisien korelasi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan (resemblance) dalam variabilitas antara tanaman induk dengan keturunannya, misal sifat daya hasil tinggi, jumlah anakan dan sebagainya. Analisis korelasi dari sifat-sifat tersebut akan dapat diketahui tingkat kemiripan antara tetua dan keturunannya.
Tujuan akhir program pemuliaan tanaman adalah terbentuknya varietas, klon atau galur baru dengan karakter tertentu yang lebih baik dari yang ada, sehingga tanaman tersebut akan lebih baik, lebih berguna dan lebih mulia untuk kesejahteraan manusia. Dalam program tersebut maka pengetahuan yang cukup mengenai tanaman yang sangat diperlukan, baik pengetahuan dari segi morfologi, fisiologi maupun anatomis.
Suatu karakter yang ada pada tanaman sering kali menunjukan hubungan satu sama lain. Pengetahuan tentang hubungan sifat diantara tanaman akan mempermudah usaha-usaha pemuliaan tanaman, khususnya pada saat seleksi di lakukan.
Diketahuinya interaksi sifat dalam faktor internal tanaman dapat menjadi acuan seorang pemuliaan tanaman untuk menentukan bagaimana tanaman-tanaman tersebut dirakit berdasarkan sifat yang ada. Perkawinan silang dapat digunakan untuk menambah atau mengurangi interaksi sifat yang ada dalam suatu tanaman.
Seleksi tanaman dengan menggunakan karakter morfologis lebih mudah di lakukan. Karena pada saat seleksi tersebut yang diamati adalah penampakan luar dari tanaman. Misalnya jumlah bullir, panjang malai, bobot malai, jumlah biji.
        B. Tujuan
1.      Mengetahui derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman.
2.      Mengetahui bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan yang cukup mengenai tanaman sangat diperlukan untuk mendapatkan tanaman yang baik dalam mencapai tujuan pemuliaan tanaman  sesuai dengan yang diharapkan.  Tanaman yang baik adalah tanaman yang ditinjau dari segi morfologi, fisiologi maupun anatominya baik.  Sifat-sifat yang ada pada tanaman tersebut seringkali sangat menunjukkan perbedaaan antara sifat satu dengan yang lainnya, dimana hal ini sangat membantu dalam usaha pemuliaan tanaman.
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya.  Fungsi uji korelasi menurut Soepomo (1968) adalah untuk mengkaji hubungan satu sifat dengan sifat yang lainnya.
            Nilai korelasi antara dua sifat tanaman bervariasi, yaitu berkisar antara -1 sampai +1, sehingga dikenal dua macam koefisien korelasi yaitu Koefisien Korelasi Positif dan Koefisien Korelasi Negatif. Korelasi Positif bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan bertambahnya sifat yang lain. Korelasi Negatif, bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan berkurangnya sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut (Sudjana1983: Soepomo,1968).
Sedangkan menurut (Schefler, 1979) Korelasi dinyatakan dengan koefisien ( r ) dan merentang dari –1 sampai +1. Koefisien 1, dengan tanda + atau – menunjukkan korelasi sempurna antara dua peubah. Sebaliknya, koefisien nol berarti tidak ada korelasi sama sekali. Keseragaman dalam derajat korelasi dinyatakan oleh koefisien yang merentang dari 0 sampai 1 dan dari –1 sampai 0. (Schefler, 1979).
            Perhitungan koefisien korelasi antara x dan y sebagai ukuran hubungan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, koefisien korelasi dihitung untuk menentukan apakah ada korelasi antara x dan y dan jika ada apakah berarti atau tidak. Kedua, untuk menentukan derjat hubungan antara x dan y jika hubungan itu memang sudah ada atau barang kali diasumsikan ada (Sudjana, 1983).
            Ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, korelasi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.               Korelasi sederhana, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh satusifat yang lain, misalnya panjang malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
2.               Korelasi partial, yaitu bila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tingginya produksi dan tingginya sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan serangan penyakit.
3.            Korelasi berganda, yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya hasil dipengaruhi olh sifat banyak anakan, ketahanan rebah, ketahanan terhadap hama penyakit, respon terhadap pemupukan dan sebagainya.
(Sudjana,1986) menyatakan bahwa jika terdapat data atas dua atau lebih variabel, maka dapat kita gunakan suatu cara yang menyatakan bagaimana variabel-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel.                                                            (Sudjana,1986)
Korelasi yang sempurna jarang terjadi pada sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tersebut. Sebagaimana lazimnya, sistem yang hidup tidak membantu dengan menghasilkan bilangan bulat, keragaman lebih mungkin terjadi daripada perkecualian. (Soepomo, 1968)
Kategori korelasi yang ‘baik’ tergantung pada apa yang dilakukan peneliti atau apa yang diharapkannya dari uji kajinya. Jika ia berharap uji kajinya menunjukkan tidak terdapat kaitan antara dua peubah, maka koefisien sebesar nol akan sangat menggembirakan. Jika sebaliknya ia mengharapkan akan terlihat kaitan yang erat, maka harga r yang mendekati  ±1 akan dipandang sebagai hasil yang optimum. Sebagaimana lazimnya, sistem yang hidup tidak membantu dengan menghasilkan bilangan bulat, keragaman lebih mungkin terjadi daripada perkecualian. (Soepomo, 1968).
Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam Korelasi Fenotipik dan Korelasi Genotipik. Korelasi Fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi Genotipik dan Korelasi Lingkungan. Oleh karena ini, Korelasi Fenotipik ini selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati dalam Program Pemuliaan Tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi nilai Pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap Fenotip (Nasir,2001).
Korelasi dua atau lebih antar sifat positif yang dimiliki akan memudahkan seleksi karena akan diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan yang lainnya, sehingga dapat ditentukan satu sifat atau indek seleksi. (Eckebil et al, 1977). Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh sifat yang diharapkan. Bila tidak ada korelasi di antara sifat yang diharapkan, maka seleksi menjadi tidak efektif.                                                     (Poespodarsono, 1988).
Nilai korelasi dapat disebut dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi bebas dari satuan pengukuran dan tidak memiliki satuan karena merupakan besaran yang mutlak. Penggunaan X dan Y sebagai symbol kedua peubah tidak lagi dimaksudkan berimplikasi adanya peubah bebas dan tak bebas.
                                                                        (Steel dan Torrie, 1991).
Rumus untuk mencari koefisien korelasi (r) adalah :
     
 Dimana :        
 
Sifat-sifat koefisien korelasi dalam pemuliaan tanaman adalah:
  1. Besarnya nilai koefisien korelasi berkisar -1 sampai denagn 1 (-1 ≤ r ≤ 1). Bila r = 0 atau mendekati nol, berarti antara dua peubah yang diamati tidak terdapat hubungan atau hubungannya sangat lemah. Bentuk dari diagram pencarnya adalah titik-titik pengamatan menyebar hampair sama di keempat kuadran. Bila nilai r mendekati -1 berarti hubungan X dan Y sangat kuat tetapi hubungannya negatif. Artinya bila peubah X semakin besar maka peubah Y akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.  Bila r mendekati 1, berarti hubungan X dan Y sangat kuat dan searah. Dalam hal ini, bila nilai X membesar, maka nilai Y juga akan membesar.
  1. Koefisien korelasi hanya mencerminkan keeratan hubungan linier antar X dan Y dan tidak berlaku menerangkan hubungan yang tidak linier.
  2. Koefisien korelasi tidak memiliki satuan.
  3. Pada umumnya hubungan fungsional antar peubah yang berkorelasi tidak memberikan pengertian tentang adanya hubungan sebab akibat antara peubah- peubah yang bersangkutan.
  4. Nilai koefisien korelasi bersifat searah artinya r-xy = r-yx = r
                                                                                    (Sugiarto, 1992) 


III.             METODE PRAKTIKUM
       A.    BAHAN
  Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah padi.
       B.    ALAT
    Alat yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris, timbangan, dan counter.
       C.  PROSEDUR KERJA
1.      Bahan-bahan dan sifat yang hendak dicari koefisien korelasinya diamati dengan cara diukur, dihitung, ditimbang, dan sebagainya.
2.      Semua hasil pengamatan, pengukuran, penimbangan dan perhitungan ditulis dengan baik pada table yang telah disiapkan sebelumnya.
3.      Data hasil pengamatan dimasukkan dalam table frekuensi.


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

        A.   HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Korelasi panjang malai dengan jumlah bulir
no
X
Y
Xi -
(Xi - )2
Yi -
(Yi - )2
XY
1
22
11
1,23
1,51
0
0
242
2
24
10
3,23
10,43
-1
1
240
3
22
9
1,23
1,51
-2
4
198
4
18
12
-2,77
7,67
1
1
216
5
22,5
14
1,73
2,99
3
9
315
6
19,5
14
-1,77
1,61
3
9
273
7
17,4
7
-3,37
11,35
-4
16
121,8
145,4
77
0,01
37,07
0
40
1605,8









Ragam X = Sx2 =
=
= 6,17
Ragam Y = Sy2 =
=
= 6,66
Varian antara X dan Y = Sxy =  =  = 0
Koefisien Korelasi :
          r =  =  = 0
Koefisien Determinasi :
           = 02 = 0
Standar error koefisien korelasi:
                    Sr =  =  =   =0,44

t =  =  =  0

thit  (0) < ttabel (5,591)  → maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Panjang malai dengan Bobot malai
no
X
Y
Xi -
(Xi - )2
Yi -
(Yi - )2
XY
1
22
1,70
1,23
1,51
0,15
0,02
37,4
2
24
1,90
3,23
10,43
0,35
0,12
45,6
3
22
1,74
1,23
1,51
0,19
0,03
38,2
4
18
1,16
-2,77
7,67
-0,39
0,15
20,8
5
22,5
1,67
1,73
2,99
0,12
0,01
37,5
6
19,5
1,38
-1,77
1,61
-0,17
0,02
26,9
7
17,4
1,32
-3,37
11,35
-0,23
0,05
22,9
145,4
10,87
0,01
37,07
0,019
0,4
229,3

Ragam X = Sx2 =
=
= 6,17
Ragam Y = Sy2 =
=
= 0,06
Varian antara X dan Y = Sxy =  =  = 0,000031
Koefisien Korelasi :
          r =  =  =  = 0,000051
Koefisien Determinasi :
           = 0,0000512 = 0,0000000026
Standar error koefisien korelasi:
                    Sr =  =  = =  =0,19

t =  =  =  0,000026

thit  (0,000026) < ttabel (5,591)  → maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata.

Tabel 3. Korelasi jumlah bulir dengan bobot malai
no
X
Y
Xi -
(Xi - )2
Yi -
(Yi - )2
XY
1
11
1,70
0
0
0,15
0,02
18,7
2
10
1,90
-1
1
0,35
0,12
19
3
9
1,74
-2
4
0,19
0,03
15,66
4
12
1,16
1
1
-0,39
0,15
19,2
5
14
1,67
3
9
0,12
0,01
23,38
6
14
1,38
3
9
-0,17
0,02
19,32
7
7
1,32
-4
16
-0,23
0,05
9,24

77
10,87
0
40
0,019
0,4
124,5

Ragam X = Sx2 =
=
= 6,66
Ragam Y = Sy2 =
=
= 0,06
Varian antara X dan Y = Sxy =  =  = 0
Koefisien Korelasi :
          r =  =  =  = = 0
Koefisien Determinasi :
           = 02 = 0
Standar error koefisien korelasi:
                    Sr =  =  =  = 0,44

t =  =  =  0

thit  (0) < ttabel (5,591)  → maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata 

No.
pembanding
r
Sr
thitung
ttabel
1

2

3
Panjang malai dengan Jumlah bulir
Panjang malai dengan bobot malai
Jumlah bulir dengan bobot malai
0

0,000051

0
0,44

0,19

0
0

0,000026

0
5,591

5,591

5,591


      B.   PEMBAHASAN

Korelasi adalah suatu ukuran derajat bervariasinya kedua peubah secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut (Steel, 1991). Sedangkan menurut Nugroho (1982), korelasi merupakan suatu kata yang dapat menggantikan kata “hubungan”. Yaitu hubungan antara 2 faktor (X dan Y). Tujuan Analisis korelasi dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua ciri atau lebih (Nasoetion dan Barizi, 1976). Analisis korelasi yang hanya mencakup dua variabel atau ciri-ciri disebut analisis korelasi linier sederhana (simple linear correlation), sedangkan yang mencakup lebih dari dua variabel disebut analisis korelasi berganda atau multiple linear correlation.           
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar tanaman induk dengan keturunannya. Dalam pertanian, korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara sifat-sifat kuantitatif, misalnya hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir pada tanaman padi. Dengan mengetahui korelasi antara sifat-sifat kuantitatif tersebut, maka akan dapat  ditentukan suatu varietas yang unggul yang akan sangat menguntungkan dalam produktivitas pertanian.
Ada dua macam koefisien korelasi dalam pemuliaan tanaman, yaitu :
1.      Koefisien korelasi positive
Apabila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang nyata. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan bertambah pula sifat yang lain. Hal itu juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan berkurang pula sifat yang lain.
Contoh : Hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir. Padi yang mempunyai malai yang panjang tentu jumlah bulirnya akan banyak. Sebaliknya Padi yang mempunyai malai yang pendek akan mempunyai jumlah bulirnya akan sedikit.
2.      Koefisien korelasi negative
Apabila derajat hubungan  antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti berkurangnya nilai sifat yang lain.
Contoh : Hubungan antara Tinggi tanaman dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi akan mempunyai bobot yang rendah
Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut.
Pada praktikum kali ini setelah dilihat dan dipahami ternyata dalam menghitung koefisien korelasi menggunakan tipe korelasi sederhana. Karena pada praktikum kali ini menggunakan satu sifat yang dipengaruhi oleh sifat lain, yaitu bobot padi dengan jumlah bulir, panjang malai dengan jumlah bulir dan panjang malai dengan bobot padi. Jadi tampak jelas bahwa tipe korelasi yang digunakan adalah korelasi sederhana.
Ada hubungan antara korelasi dengan persamaan regresi  karena perhitungan koefisien korelasi dengan rumus didasarkan pada studi matematika dari garis regresi. Garis regresi diperoleh dari persamaan regresi. Selain itu korelasi membicarakan hubungan antara dua ciri atau lebih, sedangkan regresi kita menduga bentuk hubungan antar ciri-ciri tersebut sehingga keduanya punya hubungan yang sangat erat.
Dalam statistik, koefisien korelasi itu berhubungan dengan persamaan regresi karena persamaan regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan antara 2 variabel atau lebih. Sedang koefisien korelasi menunjukkan erat tidaknya hubungan antar variabel tersebut (Sudjana,1983)
Analisa regresi digunakan untuk mempelajari dan mengukur hubungan statistik yang terjadi antara dua atau lebih varibel. Dalam regresi sederhana dikaji dua variabel, sedangkan dalam regresi majemuk dikaji lebih dari dua variabel.
Dalam analisa regresi suatu persamaan regresi hendak ditentukan dan digunakan untuk menggambarkan pola atau fungsi hubungan yang terdapat antar variabel. Variabel yang akan diestimasi nilainya disebut variabel terikat (dependent variable atau response variable) dan biasanya diplot pada sumbu tegak (sumbu-y). Sedangkan variabel bebas (independent variable atau explanatory variable) adalah variabel yang diasumsikan memberikan pengaruh terhadap variasi variabel terikat dan biasanya diplot pada sumbu datar (sumbu-x).
            Analisa korelasi bertujuan untuk mengukur "seberapa kuat" atau "derajat kedekatan" suatu relasi yang terjadi antar variabel. Analisa regresi ingin mengetahui pola relasi dalam bentuk persamaan regresi. Analisa korelasi ingin mengetahui kekuatan hubungan tersebut dalam koefisien korelasinya. Dengan demikian biasanya analisa regresi dan korelasi sering dilakukan bersama-sama. ( Yitnosumarto, 1994 )
Nilai r (koefisien korelasi) merupakan hasil dari penghitungan kontribusi x terhadap y dengan menggunakan penghitungan statistik. Dua besaran yang sangat erat hubungannya dengan r adalah koefisien determinasi dan koefisien alienasi. Koefisien determinasi sesungguhnya adalah r2 yang biasa digunakan untuk mengetahui sampai seberapa jauh ketepatan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil obvservasi, untuk mengetahui kepastian korelasi dari sifat-sifat yang dicoba perlu menggunakan Distribusi t-Student, distribusi ini merupakan hasil dari pengembangan dari distribusi normal yang khusus digunakan untuk mengatasi keterbatasan distribusi normal baku terhadap statistik dari contoh berukuran kecil. Distribusi t-Student digunakan dalam penaksiran nilai pengamatan dan pengujian hipotesis tentang rerata populasi dan proporsi populasi, distribusi ini disusun oleh W.S Gosset pada tahun 1908. Nilai Sr ini digunakan untuk mengetahui galat atau standar error dari sifat-sifat pada tanaman padi.
Karakteristik yang saling mempengaruhi pada sifat tanaman sering disebut dengan korelasi. Pengetahuan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman akan sangat membantu dan bermanfaat dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Korelasi menurut jenis bentuknya terbagi menjadi tiga macam yaitu korelasi sederhana, korelasi partial, dan korelasi berganda. Korelasi menurut besarnya nilai r (koefisien korelasi) ada lima macam yaitu tidak ada korelasi, korelasi lemah, kokrelasi sedang, korelasi kuat dan korelasi sempurna (Sugiarto, 1992).
Untuk menguji ketepatan hasil koefisien korelasi yang diperoleh perlu dilakukan pengujian selanjutnya. Uji yang digunakan adalah uji t- Student , karena disini kita hanya membandingkan dua nilai rerata, nilai t-hitung diperoleh dari rumus :
dimana
Nilai t-hitung bisa positif atau negative tergantung dari jenis korelasinya. Hasil korelasi significant atau nyata bila nilai t-hitung > t-tabel, jika nilai t-hitung < t-tabel berarti hubungan korelasi yang diamati nonsignificant atau tidak nyata.
Sifat – sifat yang diamati pada praktikum korelasi antara dua sifat merupakan sifat – sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat terukur, sifat ini memiliki ciri keragamannya sempit dengan tingkat heritabilitasnya yang kurang dan sifat kuantitatif ekspresinya dipengaruhi oleh banyak gen. Adanya hubungan ini sangat membantu dalam kegiatan seleksi dalam rangka kegiatan pemuliaan tanaman. Derajat hubungan antar sifat sering disebut koefisien korelasi. Selain untuk mengetahui hubungan antar sifat koefisien korelasi juga dapat pula digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan (resemblance) dalam variabilitas antara tanaman induk dengan keturunannya, misalnya daya hasil tinggi, jumlah anakan dan sebagainnya. Dari hasil analisis korelasi dapat diketahui tingkat kemiripan antara tetua atau tidak dari keterunannya.
Berdasarkan hasil praktikum pada perhitungan panjang malai dengan jumlah bulir didapat t hitung (0) < t tabel (5,591) .  Hal ini berarti koefisien korelasi nonsignifikan pada varietas padi tersebut.  Artinya antara pajang malai dan jumlah bulir tidak ada hubungan.  Bertambah panjangnya malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya jumlah bulir.  Koefisien korelasi ini termasuk koefisien korelasi negative. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
Berdasarkan hubungan panjang malai dengan bobot malai didapat t hitung (0,000026) < t tabel (5,591)  maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara panjang malai (X) dengan bobot malai (Y). Sifat Panjang malai dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi. Bertambahnya Panjangnya malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk koefisien korelasi negatif. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan bobot malai pada tanaman padi.
            Berdasarkan hubungan Jumlah bulir dengan Bobot malai didapat t hitung (0) < t tabel (5,591)  maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara Jumlah bulir (X) dengan bobot malai (Y). Jumlah bulir dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi. Bertambahnya Jumlah bulir tidak akan diikuti dengan bertambahnya bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk koefisien korelasi negatif. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan bobot malai pada tanaman padi
Ditinjau dari sifat yang berhubungan maka korelasi dan percobaan yang dilakukan adalah termasuk sederhana. Karena hanya mengukur keeratan dua sifat / peubah misalnya panjang malai dengan bobot malai.


V.                SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Korelasi adalah suatu ukuran derajat bervariasinya kedua peubah secara bersama-sama atau ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut
2.      Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dan dinyatakan dalam koefisien korelasi dengan diuji dengan signifikan atau non signifikan.
3.      Sebagian besar perhitungan, menunjukkkan hubungan korelasi yang bersifat non signifikan.
4.      Besarnya korelasi antar dua sifat pada tanaman bervariasi, yaitu antara -1 sampai +1
a.       Jika r = 0, berarti antar kedua sifat tersebut tidak berkorelasi
b.      Jika r = 0 sampai +1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi positif
c.       Jika r = 0 sampai -1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi negatif
5.      Berdasarkan hasil praktikum pada perhitungan Tabel I. Korelasi panjang malai dengan jumlah bulir didapat t hitung (0) < t tabel (5,591). Artinya antara pajang malai dan jumlah bulir tidak ada hubungan. Pada Tabel II. Korelasi Panjang malai dengan Bobot malai didapat t hitung (0,000026) < t tabel (5,591)  maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Artinya antara panjang malai dan bobot malai tidak ada hubungan. Sedangkan Pada Tabel III. Korelasi Jumlah bulir dengan Bobot malai didapat t hitung (0) < t tabel (5,591)  maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara Jumlah bulir (X) dengan bobot malai (Y). Jumlah bulir dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi.


DAFTAR PUSTAKA

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Nasoetion, Andi Hakim dan Barizi. 1976. Metode Statistika. Gramedia, Jakarta.
Schefler, William C. 1979. Statistik untuk biologi, farmasi, kedokteran dan ilmu yang bertautan. Penerbit ITB. Bandung
Soepomo. 1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. PT Soeraengan.  Jakarta.
Sudjana. 1986. Metode Statistik. Tarsito. Bandung
Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Bandung : Tarsito
Sugiarto. 1992. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis Regresi. Andi Offset, Yogyakarta.
POESPODARSONO, S., 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. 163p.
Yitnosumarto, Suntoyo. 1994..Dasar - Dasar Statistika. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.













           


Baca Selengkapnya ....

Visited

Copyright © 2013 Aziz young farmer ( Muhammad Aziz Muslim ) Mahasiswa Fakultas Pertanian Unsoed. Diberdayakan oleh Blogger.