Pada postingan kali ini saya akan memberikan contoh laporan praktikum Korelasi antar sifat dalam pemuliaan tanaman dasar pemuliaan tanaman. Sebelumnya sudah saya posting tentang contoh laporan praktikum Kemajuan seleksi guna di jadikan sumber referensi bagi kawan kawan. Namun perlu di catat bahwa postingan kali ini tidak bermaksud untuk memberikan fasilitas atau kemudahan bagi kawan kawan semua, namun hanya sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pertanian khususnya program studi agroteknologi. Dalam postingan ini, di harapkan kawan kawan semua tidak serta merta mengcopy paste laporan praktikum kemajuan seleksi ini, namun dapat memilah milah informasi mana yang di perlukan dan mana yang tidak, serta menjadikan contoh laporan praktikum menyerbuk silang ini bukan sebagai bentuk plagiarisme kawan kawan namun sebagai referensi dan litelatur bagi kawan kawan semua. Copy paste hukumnya haram.Silahkan di simak.I.
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kegiatan seleksi, Hubungan korelasi antar karakter tanaman memiliki arti yang sangat penting. Untuk
mengestimasi suatu karakter tertentu dapat digunakan penduga yang juga
merupakan suatu karakter yang lain yang relatif mudah diamati. Seleksi akan
efektif bila terdapat hubungan erat antar karakter penduga dengan
karakter yang dituju dalam satu program seleksi. Dalam praktiknya biasanya
digunakan karakter morfologis.
Koefisien korelasi
digolongkan menjadi dua macam yaitu koefisien korelasi negatif dan koefisien
korelasi positif. Koefisien korelasi negatif bila derajat hubungan antara dua
sifat menunjukkan hal yang berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang
satu akan diikuti oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Koefisien korelatif
positif bila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukkan hal yang
nyata, artinya bertambahnya nilai sifat satu diikuti oleh bertambahnya nilai
sifat yang lain. Sebaliknya, berkurangnya nilai sifat yang satu akan diikuti
oleh berkurangnya nilai sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi =
0 berarti tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut. Khusus
sifat-sifat kualitatif pada koefisien korelatif = 1. Misal pada kedelai,
apabila hipokotil ungu, maka warna bunga akan ungu. Sedangkan bila hipokotil
hijau sebaliknya, maka bunganya akan berwarna putih.
Korelasi yang sempurna
jarang terjadi pada sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat tersebut. Contohnya, hubungan antar tinggi
tanaman dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi belum tentu bobotnya akan
tinggi, sebaliknya yang pendek belum tentu bobotnya akan rendah.
Koefisien
korelasi dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan (resemblance) dalam
variabilitas antara tanaman induk dengan keturunannya, misal sifat daya hasil
tinggi, jumlah anakan dan sebagainya. Analisis korelasi dari sifat-sifat
tersebut akan dapat diketahui tingkat kemiripan antara tetua dan keturunannya.
Tujuan akhir program pemuliaan tanaman adalah terbentuknya varietas, klon atau galur baru
dengan karakter tertentu yang lebih baik dari yang ada, sehingga tanaman
tersebut akan lebih baik, lebih berguna dan lebih mulia untuk kesejahteraan
manusia. Dalam program tersebut maka pengetahuan yang cukup mengenai tanaman
yang sangat diperlukan, baik pengetahuan dari segi morfologi, fisiologi maupun
anatomis.
Suatu karakter yang ada
pada tanaman sering kali menunjukan hubungan satu sama lain. Pengetahuan
tentang hubungan sifat diantara tanaman akan mempermudah usaha-usaha pemuliaan
tanaman, khususnya pada saat seleksi di lakukan.
Diketahuinya interaksi
sifat dalam faktor internal tanaman dapat menjadi acuan seorang pemuliaan
tanaman untuk menentukan bagaimana tanaman-tanaman tersebut dirakit berdasarkan
sifat yang ada. Perkawinan silang dapat digunakan untuk menambah atau
mengurangi interaksi sifat yang ada dalam suatu tanaman.
Seleksi tanaman dengan
menggunakan karakter morfologis lebih mudah di lakukan. Karena pada saat
seleksi tersebut yang diamati adalah penampakan luar dari tanaman. Misalnya
jumlah bullir, panjang malai, bobot malai, jumlah biji.
B. Tujuan
1.
Mengetahui
derajat hubungan antara dua sifat pada tanaman.
2.
Mengetahui
bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengetahuan
yang cukup mengenai tanaman sangat diperlukan untuk mendapatkan tanaman yang
baik dalam mencapai tujuan pemuliaan tanaman
sesuai dengan yang diharapkan.
Tanaman yang baik adalah tanaman yang ditinjau dari segi morfologi,
fisiologi maupun anatominya baik.
Sifat-sifat yang ada pada tanaman tersebut seringkali sangat menunjukkan
perbedaaan antara sifat satu dengan yang lainnya, dimana hal ini sangat
membantu dalam usaha pemuliaan tanaman.
Koefisien korelasi
digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar tanaman
induk dengan keturunannya. Fungsi uji
korelasi menurut Soepomo (1968) adalah untuk mengkaji hubungan satu sifat
dengan sifat yang lainnya.
Nilai korelasi antara dua sifat tanaman bervariasi, yaitu
berkisar antara -1 sampai +1, sehingga dikenal dua macam koefisien korelasi
yaitu Koefisien Korelasi Positif dan Koefisien Korelasi Negatif. Korelasi
Positif bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan bertambahnya sifat
yang lain. Korelasi Negatif, bila bertambahnya sifat yang satu bersamaan dengan
berkurangnya sifat yang lain. Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti
tidak ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut (Sudjana1983:
Soepomo,1968).
Sedangkan menurut
(Schefler, 1979) Korelasi dinyatakan dengan koefisien ( r ) dan merentang dari
–1 sampai +1. Koefisien 1, dengan tanda + atau – menunjukkan korelasi sempurna
antara dua peubah. Sebaliknya, koefisien nol berarti tidak ada korelasi sama
sekali. Keseragaman dalam derajat korelasi dinyatakan oleh koefisien yang
merentang dari 0 sampai 1 dan dari –1 sampai 0. (Schefler, 1979).
Perhitungan koefisien korelasi antara x dan y sebagai
ukuran hubungan dapat dilihat dari dua segi. Pertama, koefisien korelasi
dihitung untuk menentukan apakah ada korelasi antara x dan y dan jika ada
apakah berarti atau tidak. Kedua, untuk menentukan derjat hubungan antara x dan
y jika hubungan itu memang sudah ada atau barang kali diasumsikan ada (Sudjana,
1983).
Ditinjau dari sifat-sifat yang berhubungan, korelasi
dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.
Korelasi sederhana,
yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh satusifat yang lain, misalnya panjang
malai dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
2.
Korelasi partial, yaitu
bila dua sifat dipengaruhi oleh sifat-sifat yang lain, misalnya tingginya
produksi dan tingginya sterilitas biji dipengaruhi oleh bobot malai dan
serangan penyakit.
3.
Korelasi berganda,
yaitu bila satu sifat dipengaruhi oleh banyak sifat yang lain, misalnya daya
hasil dipengaruhi olh sifat banyak anakan, ketahanan rebah, ketahanan terhadap
hama penyakit, respon terhadap pemupukan dan sebagainya.
(Sudjana,1986)
menyatakan bahwa jika terdapat data atas dua atau lebih variabel, maka dapat
kita gunakan suatu cara yang menyatakan bagaimana variabel-variabel itu
berhubungan. Hubungan yang didapat umumnya dinyatakan dalam bentuk persamaan
matematika yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. (Sudjana,1986)
Korelasi yang
sempurna jarang terjadi pada sifat-sifat kuantitatif, karena lingkungan sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat tersebut. Sebagaimana lazimnya, sistem yang
hidup tidak membantu dengan menghasilkan bilangan bulat, keragaman lebih
mungkin terjadi daripada perkecualian. (Soepomo, 1968)
Kategori korelasi yang ‘baik’ tergantung pada apa yang
dilakukan peneliti atau apa yang diharapkannya dari uji kajinya. Jika ia
berharap uji kajinya menunjukkan tidak terdapat kaitan antara dua peubah, maka
koefisien sebesar nol akan sangat menggembirakan. Jika sebaliknya ia mengharapkan
akan terlihat kaitan yang erat, maka harga r yang mendekati ±1 akan dipandang sebagai hasil yang optimum. Sebagaimana
lazimnya, sistem yang hidup tidak membantu dengan menghasilkan bilangan bulat,
keragaman lebih mungkin terjadi daripada perkecualian. (Soepomo, 1968).
Korelasi antara dua karakter dapat dibagi dalam Korelasi Fenotipik dan
Korelasi Genotipik. Korelasi Fenotipik dapat dipisahkan menjadi korelasi
Genotipik dan Korelasi Lingkungan. Oleh karena ini, Korelasi Fenotipik ini
selanjutnya diharapkan dapat menunjukkan korelasi genotipik yang lebih berati
dalam Program Pemuliaan Tanaman. Korelasi ini dapat diartikan sebagai korelasi
nilai Pemuliaan dari dua karakter yang diamati. Sedangkan korelasi lingkungan
merupakan sisaan galat yang juga memberikan konstribusi terhadap Fenotip
(Nasir,2001).
Korelasi dua atau lebih antar sifat positif yang dimiliki akan memudahkan
seleksi karena akan diikuti oleh peningkatan sifat yang satu diikuti dengan
yang lainnya, sehingga dapat ditentukan satu sifat atau indek seleksi. (Eckebil
et al, 1977). Sebaliknya bila korelasi negatif, maka sulit untuk memperoleh
sifat yang diharapkan. Bila tidak ada korelasi di antara sifat yang diharapkan,
maka seleksi menjadi tidak efektif. (Poespodarsono, 1988).
Nilai
korelasi dapat disebut dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi bebas dari
satuan pengukuran dan tidak memiliki satuan karena merupakan besaran yang
mutlak. Penggunaan X dan Y sebagai symbol kedua peubah tidak lagi dimaksudkan
berimplikasi adanya peubah bebas dan tak bebas.
(Steel dan Torrie, 1991).
Rumus
untuk mencari koefisien korelasi (r) adalah :
Dimana :
Sifat-sifat
koefisien korelasi dalam pemuliaan tanaman adalah:
- Besarnya
nilai koefisien korelasi berkisar -1 sampai denagn 1 (-1 ≤ r ≤ 1). Bila
r = 0 atau mendekati nol, berarti antara dua peubah yang diamati tidak terdapat
hubungan atau hubungannya sangat lemah. Bentuk dari diagram pencarnya adalah titik-titik
pengamatan menyebar hampair sama di keempat kuadran. Bila nilai r mendekati -1
berarti hubungan X dan Y sangat kuat tetapi hubungannya negatif. Artinya bila
peubah X semakin besar maka peubah Y akan semakin kecil, begitu pula
sebaliknya. Bila r mendekati 1, berarti
hubungan X dan Y sangat kuat dan searah. Dalam hal ini, bila nilai X membesar,
maka nilai Y juga akan membesar.
- Koefisien
korelasi hanya mencerminkan keeratan hubungan linier antar X dan Y dan
tidak berlaku menerangkan hubungan yang tidak linier.
- Koefisien
korelasi tidak memiliki satuan.
- Pada
umumnya hubungan fungsional antar peubah yang berkorelasi tidak memberikan
pengertian tentang adanya hubungan sebab akibat antara peubah- peubah yang
bersangkutan.
- Nilai
koefisien korelasi bersifat searah artinya r-xy = r-yx = r
(Sugiarto, 1992)
III.
METODE
PRAKTIKUM
A. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah padi.
B. ALAT
Alat
yang digunakan dalam praktikum adalah penggaris,
timbangan, dan counter.
C. PROSEDUR
KERJA
1.
Bahan-bahan dan
sifat yang hendak dicari koefisien korelasinya diamati dengan cara diukur,
dihitung, ditimbang, dan sebagainya.
2.
Semua hasil
pengamatan, pengukuran, penimbangan dan perhitungan ditulis dengan baik pada
table yang telah disiapkan sebelumnya.
3.
Data hasil
pengamatan dimasukkan dalam table frekuensi.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
PENGAMATAN
Tabel
1. Korelasi panjang malai dengan jumlah bulir
no
|
X
|
Y
|
Xi -
|
(Xi -
)2
|
Yi -
|
(Yi -
)2
|
XY
|
1
|
22
|
11
|
1,23
|
1,51
|
0
|
0
|
242
|
2
|
24
|
10
|
3,23
|
10,43
|
-1
|
1
|
240
|
3
|
22
|
9
|
1,23
|
1,51
|
-2
|
4
|
198
|
4
|
18
|
12
|
-2,77
|
7,67
|
1
|
1
|
216
|
5
|
22,5
|
14
|
1,73
|
2,99
|
3
|
9
|
315
|
6
|
19,5
|
14
|
-1,77
|
1,61
|
3
|
9
|
273
|
7
|
17,4
|
7
|
-3,37
|
11,35
|
-4
|
16
|
121,8
|
∑
|
145,4
|
77
|
0,01
|
37,07
|
0
|
40
|
1605,8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ragam
X = Sx2 =
=
=
6,17
Ragam
Y = Sy2 =
=
=
6,66
Varian antara X dan Y = Sxy =
=
=
0
Koefisien Korelasi :
r =
=
=
0
Koefisien Determinasi :
=
02 = 0
Standar error koefisien korelasi:
Sr =
=
=
=0,44
t =
=
= 0
thit (0) < ttabel (5,591) → maka koefisien korelasi tidak berbeda
nyata.
Tabel
2. Panjang malai dengan Bobot malai
no
|
X
|
Y
|
Xi -
|
(Xi -
)2
|
Yi -
|
(Yi -
)2
|
XY
|
1
|
22
|
1,70
|
1,23
|
1,51
|
0,15
|
0,02
|
37,4
|
2
|
24
|
1,90
|
3,23
|
10,43
|
0,35
|
0,12
|
45,6
|
3
|
22
|
1,74
|
1,23
|
1,51
|
0,19
|
0,03
|
38,2
|
4
|
18
|
1,16
|
-2,77
|
7,67
|
-0,39
|
0,15
|
20,8
|
5
|
22,5
|
1,67
|
1,73
|
2,99
|
0,12
|
0,01
|
37,5
|
6
|
19,5
|
1,38
|
-1,77
|
1,61
|
-0,17
|
0,02
|
26,9
|
7
|
17,4
|
1,32
|
-3,37
|
11,35
|
-0,23
|
0,05
|
22,9
|
∑
|
145,4
|
10,87
|
0,01
|
37,07
|
0,019
|
0,4
|
229,3
|
Ragam
X = Sx2 =
=
=
6,17
Ragam
Y = Sy2 =
=
=
0,06
Varian antara X dan Y = Sxy =
=
=
0,000031
Koefisien Korelasi :
r =
=
=
=
0,000051
Koefisien Determinasi :
=
0,0000512 = 0,0000000026
Standar error koefisien korelasi:
Sr =
=
=
=
=0,19
t =
=
= 0,000026
thit (0,000026) < ttabel (5,591) → maka koefisien korelasi tidak berbeda
nyata.
Tabel
3. Korelasi jumlah bulir dengan bobot malai
no
|
X
|
Y
|
Xi -
|
(Xi -
)2
|
Yi -
|
(Yi -
)2
|
XY
|
1
|
11
|
1,70
|
0
|
0
|
0,15
|
0,02
|
18,7
|
2
|
10
|
1,90
|
-1
|
1
|
0,35
|
0,12
|
19
|
3
|
9
|
1,74
|
-2
|
4
|
0,19
|
0,03
|
15,66
|
4
|
12
|
1,16
|
1
|
1
|
-0,39
|
0,15
|
19,2
|
5
|
14
|
1,67
|
3
|
9
|
0,12
|
0,01
|
23,38
|
6
|
14
|
1,38
|
3
|
9
|
-0,17
|
0,02
|
19,32
|
7
|
7
|
1,32
|
-4
|
16
|
-0,23
|
0,05
|
9,24
|
|
77
|
10,87
|
0
|
40
|
0,019
|
0,4
|
124,5
|
Ragam
X = Sx2 =
=
=
6,66
Ragam
Y = Sy2 =
=
=
0,06
Varian antara X dan Y = Sxy =
=
=
0
Koefisien Korelasi :
r =
=
=
=
= 0
Koefisien Determinasi :
=
02 = 0
Standar error koefisien korelasi:
Sr =
=
=
=
0,44
t =
=
= 0
thit (0) < ttabel (5,591) → maka koefisien korelasi tidak berbeda nyata
No.
|
pembanding
|
r
|
Sr
|
thitung
|
ttabel
|
1
2
3
|
Panjang malai dengan Jumlah bulir
Panjang malai dengan bobot malai
Jumlah bulir dengan bobot malai
|
0
0,000051
0
|
0,44
0,19
0
|
0
0,000026
0
|
5,591
5,591
5,591
|
B. PEMBAHASAN
Korelasi
adalah suatu ukuran derajat bervariasinya kedua peubah secara bersama-sama atau
ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut (Steel, 1991). Sedangkan
menurut Nugroho (1982), korelasi merupakan suatu kata yang dapat menggantikan
kata “hubungan”. Yaitu hubungan antara 2 faktor (X dan Y). Tujuan Analisis korelasi dalam pemuliaan tanaman adalah untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua ciri atau lebih (Nasoetion
dan Barizi, 1976). Analisis korelasi yang hanya mencakup dua variabel atau
ciri-ciri disebut analisis korelasi linier sederhana (simple linear
correlation), sedangkan yang mencakup lebih dari dua variabel disebut analisis
korelasi berganda atau multiple linear correlation.
Koefisien
korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan dalam variabilitas antar
tanaman induk dengan keturunannya. Dalam pertanian, korelasi digunakan untuk
mengetahui hubungan antara sifat-sifat kuantitatif, misalnya hubungan antara
panjang malai dengan jumlah bulir pada tanaman padi. Dengan mengetahui korelasi
antara sifat-sifat kuantitatif tersebut, maka akan dapat ditentukan suatu varietas yang unggul yang
akan sangat menguntungkan dalam produktivitas pertanian.
Ada dua
macam koefisien korelasi dalam pemuliaan tanaman, yaitu :
1. Koefisien korelasi positive
Apabila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang nyata.
Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan bertambah pula sifat yang lain.
Hal itu juga berlaku sebaliknya, yaitu berkurangnya sifat yang satu akan
berkurang pula sifat yang lain.
Contoh
: Hubungan antara panjang malai dengan jumlah bulir. Padi yang mempunyai malai
yang panjang tentu jumlah bulirnya akan banyak. Sebaliknya Padi yang mempunyai
malai yang pendek
akan mempunyai jumlah bulirnya akan sedikit.
2.
Koefisien
korelasi negative
Apabila derajat hubungan antara dua sifat tanaman menunjukan hal yang
berlawanan. Artinya bertambahnya nilai sifat yang satu akan diikuti
berkurangnya nilai sifat yang lain.
Contoh
: Hubungan antara Tinggi tanaman dengan bobot tanaman. Tanaman yang tinggi akan
mempunyai bobot yang rendah
Sedangkan apabila koefisien korelasi = 0 berarti tidak
ada hubungan sama sekali antara kedua sifat tersebut.
Pada praktikum kali ini
setelah dilihat dan dipahami ternyata dalam menghitung koefisien korelasi
menggunakan tipe korelasi sederhana. Karena pada praktikum kali ini menggunakan
satu sifat yang dipengaruhi oleh sifat lain, yaitu bobot padi dengan jumlah
bulir, panjang malai dengan jumlah bulir dan panjang malai dengan bobot padi.
Jadi tampak jelas bahwa tipe korelasi yang digunakan adalah korelasi sederhana.
Ada hubungan antara korelasi dengan persamaan regresi karena perhitungan koefisien korelasi dengan
rumus didasarkan pada studi matematika dari garis regresi. Garis regresi
diperoleh dari persamaan regresi. Selain itu korelasi membicarakan hubungan
antara dua ciri atau lebih, sedangkan regresi kita menduga bentuk hubungan
antar ciri-ciri tersebut sehingga keduanya punya hubungan yang sangat erat.
Dalam statistik,
koefisien korelasi itu berhubungan dengan persamaan regresi karena persamaan
regresi menunjukkan bentuk persamaan hubungan antara 2 variabel atau lebih.
Sedang koefisien korelasi menunjukkan erat tidaknya hubungan antar variabel
tersebut (Sudjana,1983)
Analisa regresi digunakan untuk mempelajari dan
mengukur hubungan statistik yang terjadi antara dua atau lebih varibel. Dalam
regresi sederhana dikaji dua variabel, sedangkan dalam regresi majemuk dikaji
lebih dari dua variabel.
Dalam analisa regresi suatu persamaan regresi hendak
ditentukan dan digunakan untuk menggambarkan pola atau fungsi hubungan yang
terdapat antar variabel. Variabel yang akan diestimasi nilainya disebut
variabel terikat (dependent variable atau response variable) dan biasanya
diplot pada sumbu tegak (sumbu-y). Sedangkan variabel bebas (independent
variable atau explanatory variable) adalah variabel yang diasumsikan
memberikan pengaruh terhadap variasi variabel terikat dan biasanya diplot pada
sumbu datar (sumbu-x).
Analisa korelasi bertujuan
untuk mengukur "seberapa kuat" atau "derajat kedekatan"
suatu relasi yang terjadi antar variabel. Analisa regresi ingin mengetahui pola
relasi dalam bentuk persamaan regresi. Analisa korelasi ingin mengetahui
kekuatan hubungan tersebut dalam koefisien korelasinya. Dengan demikian
biasanya analisa regresi dan korelasi sering dilakukan bersama-sama. ( Yitnosumarto, 1994 )
Nilai r (koefisien
korelasi) merupakan hasil dari penghitungan kontribusi x terhadap y dengan
menggunakan penghitungan statistik. Dua besaran yang sangat erat hubungannya
dengan r adalah koefisien determinasi dan koefisien alienasi.
Koefisien determinasi sesungguhnya adalah r2 yang biasa digunakan
untuk mengetahui sampai seberapa jauh ketepatan atau kecocokan garis regresi
yang terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil obvservasi, untuk mengetahui
kepastian korelasi dari sifat-sifat yang dicoba perlu menggunakan Distribusi
t-Student, distribusi ini merupakan hasil dari pengembangan dari distribusi
normal yang khusus digunakan untuk mengatasi keterbatasan distribusi normal
baku terhadap statistik dari contoh berukuran kecil. Distribusi t-Student
digunakan dalam penaksiran nilai pengamatan dan pengujian hipotesis tentang
rerata populasi dan proporsi populasi, distribusi ini disusun oleh W.S Gosset
pada tahun 1908. Nilai Sr ini digunakan untuk mengetahui galat atau standar
error dari sifat-sifat pada tanaman padi.
Karakteristik
yang saling mempengaruhi pada sifat tanaman sering disebut dengan korelasi.
Pengetahuan tentang sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman akan sangat membantu
dan bermanfaat dalam kegiatan pemuliaan tanaman. Korelasi menurut jenis
bentuknya terbagi menjadi tiga macam yaitu korelasi sederhana, korelasi
partial, dan korelasi berganda. Korelasi menurut besarnya nilai r (koefisien
korelasi) ada lima macam yaitu tidak ada korelasi, korelasi lemah, kokrelasi
sedang, korelasi kuat dan korelasi sempurna (Sugiarto, 1992).
Untuk
menguji ketepatan hasil koefisien korelasi yang diperoleh perlu dilakukan
pengujian selanjutnya. Uji yang digunakan adalah uji t- Student , karena disini
kita hanya membandingkan dua nilai rerata, nilai t-hitung diperoleh dari rumus
:
dimana
Nilai
t-hitung bisa positif atau negative tergantung dari jenis korelasinya. Hasil
korelasi significant atau nyata bila nilai t-hitung > t-tabel, jika nilai
t-hitung < t-tabel berarti hubungan korelasi yang diamati nonsignificant
atau tidak nyata.
Sifat
– sifat yang diamati pada praktikum korelasi antara dua sifat merupakan sifat –
sifat kuantitatif. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat terukur, sifat
ini memiliki ciri keragamannya sempit dengan tingkat heritabilitasnya yang
kurang dan sifat kuantitatif ekspresinya dipengaruhi oleh banyak gen. Adanya
hubungan ini sangat membantu dalam kegiatan seleksi dalam rangka kegiatan
pemuliaan tanaman. Derajat hubungan antar sifat sering disebut koefisien
korelasi. Selain untuk mengetahui hubungan antar sifat koefisien korelasi juga
dapat pula digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan (resemblance) dalam variabilitas antara tanaman induk dengan
keturunannya, misalnya daya hasil tinggi, jumlah anakan dan sebagainnya. Dari
hasil analisis korelasi dapat diketahui tingkat kemiripan antara tetua atau
tidak dari keterunannya.
Berdasarkan hasil
praktikum pada perhitungan panjang malai dengan jumlah bulir didapat t hitung
(0) < t tabel (5,591) . Hal ini
berarti koefisien korelasi nonsignifikan pada varietas padi tersebut. Artinya antara pajang malai dan jumlah bulir
tidak ada hubungan. Bertambah panjangnya
malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya jumlah bulir. Koefisien korelasi ini termasuk koefisien
korelasi negative. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana
karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai
dengan banyaknya gabah per malai pada tanaman padi.
Berdasarkan hubungan
panjang malai dengan bobot malai didapat t hitung (0,000026) < t tabel (5,591)
maka koefisien korelasinya
nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara panjang malai (X)
dengan bobot malai (Y). Sifat Panjang malai dengan bobot malai tidak saling
mempengaruhi. Bertambahnya Panjangnya malai tidak akan diikuti dengan bertambahnya
bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk koefisien korelasi negatif. Jenis
korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi sederhana karena satu sifat
dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya panjang malai dengan bobot malai
pada tanaman padi.
Berdasarkan hubungan Jumlah bulir dengan Bobot malai
didapat t hitung (0) < t tabel (5,591)
maka koefisien korelasinya nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya
hubungan antara Jumlah bulir (X) dengan bobot malai (Y). Jumlah bulir dengan
bobot malai tidak saling mempengaruhi. Bertambahnya Jumlah bulir tidak akan
diikuti dengan bertambahnya bobot malai. Koefisien korelasinya termasuk
koefisien korelasi negatif. Jenis korelasi ini termasuk dalam jenis korelasi
sederhana karena satu sifat dipengaruhi oleh satu sifat yang lain, misalnya
panjang malai dengan bobot malai pada tanaman padi
Ditinjau dari sifat
yang berhubungan maka korelasi dan percobaan yang dilakukan adalah termasuk
sederhana. Karena hanya mengukur keeratan dua sifat / peubah misalnya panjang
malai dengan bobot malai.
V.
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Korelasi
adalah suatu ukuran derajat bervariasinya kedua peubah secara bersama-sama atau
ukuran keeratan hubungan antara kedua peubah tersebut
2. Analisis
korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dan
dinyatakan dalam koefisien korelasi dengan diuji dengan signifikan atau non
signifikan.
3. Sebagian
besar perhitungan, menunjukkkan hubungan korelasi yang bersifat non signifikan.
4. Besarnya
korelasi antar dua sifat pada tanaman bervariasi, yaitu antara -1 sampai +1
a. Jika
r = 0, berarti antar kedua sifat tersebut tidak berkorelasi
b. Jika
r = 0 sampai +1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi positif
c. Jika
r = 0 sampai -1, berarti antar kedua sifat tersebut ada korelasi negatif
5. Berdasarkan
hasil praktikum pada perhitungan Tabel I. Korelasi panjang malai dengan jumlah
bulir didapat t hitung (0) < t tabel (5,591). Artinya antara pajang malai
dan jumlah bulir tidak ada hubungan. Pada Tabel II. Korelasi Panjang malai dengan
Bobot malai didapat t hitung (0,000026) < t tabel (5,591) maka koefisien korelasinya nonsignifikan.
Artinya antara panjang malai dan bobot malai tidak ada hubungan. Sedangkan Pada
Tabel III. Korelasi Jumlah bulir dengan Bobot malai didapat t hitung (0) < t
tabel (5,591) maka koefisien korelasinya
nonsignifikan. Ini berarti tidak adanya hubungan antara Jumlah bulir (X) dengan
bobot malai (Y). Jumlah bulir dengan bobot malai tidak saling mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan
Tanaman. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional
Nasoetion,
Andi Hakim dan Barizi. 1976. Metode Statistika. Gramedia, Jakarta.
Schefler,
William C. 1979. Statistik untuk biologi, farmasi, kedokteran dan ilmu yang
bertautan. Penerbit ITB. Bandung
Soepomo.
1968. Ilmu Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan. PT Soeraengan. Jakarta.
Sudjana.
1986. Metode Statistik. Tarsito.
Bandung
Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi.
Bandung : Tarsito
Sugiarto.
1992. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis
Regresi. Andi Offset, Yogyakarta.
POESPODARSONO, S., 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman.
PAU-IPB Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. 163p.
Yitnosumarto,
Suntoyo. 1994..Dasar - Dasar Statistika. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.