Pada postingan kali ini saya akan memberikan contoh laporan praktikum derajat kerut tanah dasar ilmu tanah.
Namun perlu di catat bahwa postingan kali ini tidak bermaksud untuk
memberikan fasilitas atau kemudahan bagi kawan kawan semua, namun hanya
sekedar berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pertanian
khususnya program studi agroteknologi. Dalam postingan ini, di harapkan
kawan kawan semua tidak serta merta mengcopy paste laporan praktikum
menyerbuk silang ini, namun dapat memilah milah informasi mana yang di
perlukan dan mana yang tidak, serta menjadikan contoh laporan praktikum
menyerbuk silang ini bukan sebagai bentuk plagiarisme kawan kawan namun
sebagai referensi dan litelatur bagi kawan kawan semua. Copy paste
hukumnya haram.
Silahkan di simak.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semenjak pertanian berkembang, konsep tanah yang
sangat penting ada konsep sebagai media alami bagi pertimbuhan tanaman. Bila
kota-kota besar berkembang tanah menjadi penting sebagai bahan rekayasa guna
mendukung jalan-jalan dan bangunan-bangunan. Pada saat ini tanah lebih banyak
lagi mendukung fungsi rekayasa, termasuk untuk menimbun bahan-bahan bangunan.
Konsep tanah sebagai bahan rekayasa dikaitkan dengan tanah sebagai
selimut batuan yang telah mengalami pelapukan atau regolit(Foth, 1988).
Tanah itu adalah tubuh alam (natural body) yang
terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural
forces) terhadap bahan-bahan alam (natural material) dipermukaan bumi(Hakim,
1986).
Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi membentuk
horizon-horizon mineral maupun organic yang kedalamannya beragam dan
berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam hal
morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.
Tanah merupakan medium alam untuk untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk
pertumbuhannya. Selanjutnya unsur hara diserap oleh akar tanaman melalui daun
dirubah menjadi persenyawaan organic seperti karbohidrat, protein, lemak dan
lain-lain yang amat berguna bagi kehidupan manusia dan hewan.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran
dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara
garis besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat.
Tanah yang mengandung pasir sifatnya sukar diolah sedangkan semakin berat
tanahnya (liat tinggi) semakin besar derajat kerutnya. Mengetahui derajat kerut
suatu jenis tanah akan mempermudah untuk mengetahui kandungan bahan organic
dalam tanah tersebut.
Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk
dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya kemampuan
untuk menjadi keras dan penyangga, kapasitas drainase dan menyimpan air,
plastisitas, kemudahan untuk ditembus akar, aerasi dan kemampuan menahan
retensi unsure-unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan
kondisi fisik tanah. Kondisi meliputi warna tanah, tekstur tanah, konsistensi
dan struktur tanah.
Selain itu tanah juga mempunyai tiga dimensi ruang
yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang
khas yang merupakan hasil karya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap
jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda.
Mengetahui bentuk fisik tanah dari berbagai jenis,
kandungan mineral di dalamnya, derajat kerut tanah, adanya kandungan air tanah
serta pengetahuan tentang profil tanah merupakan suatu cara untuk
mendapatkan tanah yang cocok untuk budidaya komoditi pertanian.
Sebab faktor-faktor tersebut di atas adalah faktor
utama dalam budidaya pertanian.
B. B. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari
beberapa jenis tanah dan membandingkan besarnya derajat kerut antar jenis tanah
yang diamati.
I.
METODE
KERJA
A.
A. Alat
dan Bahan
a.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
botol semprot, cawan porselin, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap
pembersih..
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah
halus ( <0,5 mm) dan air.
B.
B. Prosedur
Kerja
1. Tanah halus diambil
secukupnya, dimasukan kedalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan
botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah
menjadi homogen.
2. Pasta tanah yang
sudah homogeny tadi dimasukan kedalam cawan dakhil yang telah diketahui
diameternya dengan menggunakan jangka soron (diameter awal).
3. Cawan dakhil yang
telah berisi pasta tanah tersebut dijemur dibawah terik matahari, kemudian
dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai
diameternya konstan (diameter akhir).
I.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No.
|
Jenis tanah
|
|
Pengamatan ke:
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1.
|
Vertisol
|
Ø1
|
36,10
|
35,8
|
34,6
|
33,7
|
32,2
|
31,1
|
Ø2
|
36,4
|
35,6
|
34,7
|
33,5
|
31,7
|
30,6
|
X
|
36,2
|
35,7
|
34,65
|
33,6
|
31,95
|
30,85
|
2.
|
Ultisol
|
Ø1
|
51,3
|
50,9
|
50,5
|
50,1
|
49,7
|
49,7
|
Ø2
|
35,3
|
34,8
|
34,3
|
34,1
|
33,7
|
33,7
|
X
|
43,3
|
42,85
|
42,4
|
42,1
|
41,7
|
41,7
|
3.
|
Entisol
|
Ø1
|
45,4
|
42,7
|
42,2
|
42,2
|
-
|
-
|
Ø2
|
34,7
|
34,3
|
34,2
|
34,2
|
-
|
-
|
X
|
40,05
|
38,5
|
38,2
|
38,2
|
-
|
-
|
4.
|
Andisol
|
Ø1
|
44,4
|
43,55
|
43,51
|
43,51
|
-
|
-
|
Ø2
|
34,2
|
30,75
|
30,72
|
30,72
|
-
|
-
|
X
|
39,9
|
37,15
|
37,13
|
37,13
|
-
|
-
|
5.
|
Inceptisol
|
Ø1
|
59,6
|
58,6
|
58,1
|
58,1
|
-
|
-
|
Ø2
|
37,1
|
36,9
|
36,1
|
36,1
|
-
|
-
|
X
|
48,3
|
47,75
|
47,1
|
47,1
|
-
|
-
|
Perhitungan:
Rumus:
Derajat
kerut tanah = Diameter awala-diameter akhir X 100 %
Diameter
awal
1. Vertisol:
- DKT horizontal = 36,0 – 31,1 X
100%
36,0
=
13,61%
- DKT vertical = 36,4 –
30,6 X 100%
36,4
=
15,93%
- DKT rata-rata = 36,2 –
30,8 X 100%
36,2
=
14,77%
2. Ultisol:
- DKT horizontal = 51.3-49.7 X 100%
51.3
= 3.11%
- DKT vertical = 35.3-33.7X 100%
35.3
=
4.53%
- DKT rata-rata = 43.3-41.7 X 100%
43.3
=
3.69%
3. Entisol:
- DKT horizontal = 45.4-42.2X 100%
42.2
=
7.58%
- DKT vertical = 34.7-34.2X 100%
34.7
=
1.44%
- DKT rata-rata = 40.05-38.2X 100%
40.05
=
4.61%
4. Andisol:
- DKT horizontal = 44.4-43.51X 100%
44.4
=
2%
- DKT vertical = 34.2-30.72 X 100%
34.2
=
10.17%
- DKT rata-rata = 39.9-37.13X 100%
39.9
=
6.94%
5. Inseptisol:
- DKT horizontal =
59.6-58.1X 100%
59.6
=
2.51%
- DKT vertical = 37.1-36.1X 100%
37.1
=
2.69%
- DKT rata-rata = 48.3-47.1 X 100%
48.3
=2.48 %
A.
Pembahasan
Bahan organik merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah , baik secara fisika, kimia maupun dari segi
biologi tanah. Bahan organic adalah bahan pemantap agregat tanah. Sekitar
setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organic (Hakim,
1986).
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari
bahan anorganik, bahan organic, udara dan air. Bahan anorganik secara garis
besar terdiri dari golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat.
Masing-masing fraksi mempunyai ukuran sifat yang berbeda-beda, antara lain:
Contoh fraksi fraksi tanah dalam ilmu kesuburan tanah dan dasar ilmu tanah sebagai berikut :
1. Pasir (0,05 mm-2,00
mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya
yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat sehingga
tanah pasiran beraerasi baik dan drainasenya baik.
2. Debu (0,002 mm-0,05
mm), sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi
debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik.
3. Liat (<0,002 mm),
berbentuk mika atau lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis,
sifat mengembang dan mengerut yang besar. Bila kering menciut dan banyak
menyerap energi panas, bila dibasahi terjadi pengembangan volume dan terjadi
pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
Pecahan
mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya
oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang
butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil
atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam
hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Tanah
yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah,
mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang
banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan
sukar pengolahannya sehingga disebut tanah berat (Sarief, 1986).
Tanah
mempunyai sifat mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Berat
ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin berat
tanahnya (liat tinggi), semakin besar derajat kerutnya. Di samping itu pengaruh
kandungan bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan
bahan organik tanah maka tanah tersebut akan memepunyai derajat kerut yang
kecil.
Secara kasaran, zarah mineral tanah dapat dipilah
menjadi 3 kategori. Yang berdiameter lebih besar daripada 2 cm disebut
batu, berdiameter antara 2 cm dan 2 mm disebut krikil, dan berdiameter lebih
kecil daripada 2 mm disebut bahan tanah halus (Kohke, 1968).
Dalam analisis agihan besar zarah, bahan tanah halus
dipisahkan lebih lanjut menjadi tiga fraksi utama pasir, debu (lanau), dan
lempung. Fraksi tanah ialah sekelompok zarah tanah yang berukuran diantara
batas-batas tertentu (Notohadiprawiro, 1998).
Butiran pasir terdiri dari kuarsa, pecahan felspar,
mika dan kadang juga sirkon, turmalin dan horn blende. Butiran pasir mempunyai
matra kurang lebih seragam dan mempunyai bentuk membulat walaupun permukaan
luarnya tidak selalu halus, serta mempunyai jenjang kekasaran tertentu yang
terkait erat dengan keabrasifanya (Poerwowidodo, 1991).
Pisahan debu terdiri dari kumpulan zarah berukuran
garis tengah antara pisahan lempung dan pisahan pasir. Secara meneralogis dan
fisis, zarah debu in I mendekati zarah pasir, hanya berukuran lebih kecil dan
luas permukaan per satuan massa yang lebih besar, serta seringkali terlapisi
lempung yang terjerap kuat. Pada kasus tertentu zarah debu memperlihatkan
perangai fisiko kimiawi lempung (Purwowidodo, 1991).
Pisahan lempung dibedakan secara mineralogis dari
pisahan debu oleh karena lebih dirajai oleh pelikan – pelikan hasil pelapukan
dan tidak dijumpai pada batuan yang tidak lapuk. Pisahan lempung lebih tanah
pelapukan lanjut daripada pelikan dalam batuan dan lebih menunjukkan watak
fisis dan kimiawi pisahan lempung. Pisahan lempung dengan ukuran zarah < 2
mikron, merupakan pisahan koloid.
Pelikan ini jarang dijumpai dalam bentuk zarah
berukuran > 2 mikron, dan umumnya dijumpai dengan ukuran < 2 mikron.
Pisahan lempung kasar, terutama berukuran > 0.5 mikron, dapat mengandung
sejumlah kuarsa, dan kadang mika, sedangkan pisahan lempung ukuran < 0.1
mikron, hampir seluruhnya terdiri dari pelican lempung atau hasil pelapukan
lain (Poerwowidodo, 1991).
Berbagai macam ukuran,tekstur dan struktur tanah secara fisik yang telah
disebutkan diatas, sangat mempengaruhi derajat kembang atau mengkerutnya tanah.
Dipandang dari segi fisika, tanah mineral merupakan campuran yang terbentuk
dari butir-butir anorganik, rapuhan bahan organik, udara dan air. Pecahan
mineral yang lebih besar biasanya terdapat di dalamnya dan dilapisi seluruhnya
oleh koloida, dan bahan lain yang sudah menjadi halus. Kadang-kadang
butir-butir mineral yang lebih besar menguasai dan menjadikan tanah berkerikil
atau berpasir. Dapat juga terjadi sebagian terbesar koloida anorganik; dalam
hal ini tanah akan berciri lempung (Soegiman, 1982).
Beberapa tanah mempunyai sifat mengembang (bila basah)
dan mengerut (bila kering). Akibatnya pada musim kering karena tanah mengerut
maka menjadi pecah-pecah. Sifat mengembang dan mengerutnya tanah disebabkan
oleh kandungan mineral liat montmorillonit yang tinggi (Soegiman, 1982).
Pada praktikum acara derajat kerut tanah diperoleh
data derajat kerut untuk tanah andisol yaitu :6,.94%; tanah entisol: 1.44% ;
inceptisol : 2.48%; ultisol : 3.69% dan vertisol:
14,77%. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar ada pada tanah
vertisol.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kerut yang terbesar
ada pada tanah vertisol. Tanah vertisol mempunyai kandungan liat yang
mengembang tinggi, retakan dalam dan lebar yang berkembang selama periode
kering.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan kedua
adalah tanah entisol, tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan
tanpa horizon genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan.
Entisol yang berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian
terbatas. Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan
dengan laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung
bertekstur kasar di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar
dari dataran banjir.
Tanah yang memiliki derajat kerucut pada urutan ketiga
adalah ultisol, yg terbentuk dari pencucian dengan sifat tanah basa dan
berkembang dibawah iklim panas sampai tropik. Ultisol lebih hebat dilapukkan, tanah
ini juga mempunyai horizon argilik (lempung) dengan kejenuhan basa lebih rendah
dari 35 %. Hal ini membuktikan bahwa pada tanah basa dengan kandungan bahan
organic rendah, menyebabkan derajat kerut yang ditimbulkan besar.
Tanah yang memiliki derajat kerut pada urutan keempat
adalah inceptisol. Pada tanah Inseptisol profilnya mengandung horizon yang
diperkirakan terbentuk agak cepat dan kebanyakan hasil dari perubahan batuan
induk. Horizon tidak menggambarkan pelapukan yang hebat (Buckman, 1982).
Produktivitas alami Inseptisol sangat bervariasi, ada
yang sangat subur dan ada juga yang mengandung bahan organic rendah. Sedangkan
pada tanah Entisol dicirikan oleh kenampak kurang mudaan dan tanpa horizon
genetic alamiah juga hanya mempunyai horizon-horizon permulaan. Entisol yang
berkembang dari bukit pasir mempunyai nilai budidaya pertanian terbatas.
Inseptisol biasanya dicirikan oleh stratifikasi. Tekstur dihubungkan dengan
laju dimana air mengendapkan alluvium maka tanah ini cenderung bertekstur kasar
di dekat arus air dan bertekstur halus di dekat tepi-tepi luar dari dataran
banjir
Dari praktikum diketahui bahwa derajat kerut dari
Entisol adalah 1.44%, Dan entisol
merupakan tanah yang mempunyai derajat kerut paling kecil. Entisol terdapat di wilayah datar, bergelombang, berbukit
sampai bergunung. Bahan induknya adalah abu atau tuf
volkan proses pembentuk tanah adalah alterasi, liksiviasi atau laterisasi lemah
warna tanahnya adalah hitam, kelabu sampai coklat tua.tekstur lemah lapisan
bawah agak gumpal dengan konsistesi gembur. Pada praktikum derajat kerut tanah Entisol ini mempunyai derajat kerut paling kecil yaitu 1.44 % hal ini berkaitan dengan kandungan bahan organic
tanah. semakin tinggi bahan organic tanah, maka tanah tersebut akan mempunyai
derajat kerut yang kecil.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
1. Sifat-sifat tanah
dapat diketahui dengan menghitung derajat kerut tanah.
2. Kandungan liat yang
besar mempengaruhi besarnya derajat kerut.
3. Urutan derajat kerut
tanah dari yang paling tinggi ke rendah yaitu vertisol entisol, ultisol,
inseptisol, dan andisol.
4. Semakin rendahnya derajat kerut tanah maka kandungan
bahan organiknya semakin tingg
2.
Saran
Diharapkan kepada seluruh
praktikan untuk serius dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pengamatan
terhadap acara praktikum derajat kerut tanah agar data yang di hasilkan valid
dan sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. Bhatara
Karya Aksara, Jakarta.
Foth, Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. UNILA, Lampung.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc Graw-
Hill Publishing. Company Ltd, Bombay.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah Dan
Lingkungan. Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Proses
Genesa dan Morfologi. Fahutan. Institut Pertanian Bogor.
Sarief, Saifuddin.1986. Ilmu Tanah Pertanian.
Pustaka Buana, Bandung.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah .
Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Soegiman. 1982 . Ilmu Tanah .
Bhratara Karya Aksara. Jakarta.